Aldin Ardian, ST, MT

  aldin ardian tambang

Analisis Proksimat Batubara

Oleh : aldinardian-blog | Tanggal : 2015-12-15 23:51:33 | Kategori : Materi Kuliah , | Komentar : 16

Artikel ini sedikit membahas tentang batubara. Walaupun batubara merupakan bukan bidang keahlian saya, tetapi dengan pengalaman sebagai asisten batubara pada tahun 2009-2010, ada sedikit bahan yang semoga bermanfaat bagi teman-teman sekalian yang baru mempelajari tentang batubara.

Sebelum lebih jauh saya membahas tentang batubara, ada baiknya kita mengetahui asal mula batubara itu terbentuk. Yups, seperti pelajaran dulu, bahwa secara umum batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan purba yang mengalami pengendapan pada kondisi tertentu selama jutaan tahun. Pada kondisi tertentu disini yaitu pada kondisi dimana tumbuhan purba tersebut terendapkan pada area tanpa oksigen, sehingga bakteri aerob yang akan membusukkan tumbuhan tersebut tidak mampu berkembang dengan baik. Dengan pengendapan yang lama dengan bantuan tekanan dan suhu yang tinggi maka setelah jutaan tahun akan mengalami proses pembatubaraan (coalification), terbentuklah gambut, lignit, sub-bituminus, bituminous, kemudian antrasit secara berurutan berdasarkan kualitas batubara tersebut. Sebenarnya berdasarkan teori tempat terbentuknya, terdapat 2 teori yang dikenal, teori insitu dan teori drift. Pada teori insitu batubara terbentuk ditempat tumbuhan purba tersebut ada, sedangkan teori drift, tumbuhan purba tersebut mengalami transportasi terlebih dahulu sebelum terendapkan dan mengalami proses coalification. Pada teori insitu biasanya batubara berkualitas baik dan penyebarannya merata (Muara Enim, Sumatera Selatan), sedangkan batubara pada teori drift bersifat menyebar dan kualitas kurang baik dikarenakan terdapat pengotor yang ikut tertransportasi (Delta Mahakam, Kalimantan Timur).

Batubara di dunia ini tentunya tidak sama, ada berbagai parameter yang membuat batubara tersebut berbeda, sehingga memiliki sifat dan kualitas yang berbeda pula. Saat ini paling tidak terdapat 16 parameter batubara (Total Sulfur, Calorific Value, Analisis Proksimat, Analisis Ultimat, Analisis Abu, Hardgrove Grindability Index, dll). Tidak semua parameter diujikan pada batubara yang akan dijual, pengujian dilakukan sesuai dengan keperluannya saja, misal untuk bahan bakar tanur maka perlu diketahui nilai kalornya (memenuhi panas yang diperlukan) dan total sulfurnya (mengurangi tingkat korosi tanur).

Saat saya menjadi asisten, saya mempelajari 3 pengujian parameter batubara, yaitu analisis proksimat, total sulfur, dan nilai kalor.

Analisis Proksimat bertujuan untuk mengkuantifikasi nilai moisture atau air yang dikandung batubara, baik air permukaan (free moisture) maupun air bawaan (inherent moisture), kemudian mengkuantifikasi pula kandungan abu (ash), zat terbang (volatile matters), dan karbon tertambat (fixed carbon).

Dalam menghitung kandungan air bawaan secara garis besar adalah dengan membakar sample batubara + 1 gram yang telah digerus kira-kira sebesar 200 mesh. Masukkan sample tersebut dalam oven dengan suhu 105°-110° C selama 1,5 jam. Dengan asumsi bahwa air akan menguap semua setelah dipanaskan dalam suhu 105°-110°. Kemudian dengan rumus seperti dibawah ini akan diketahui persentase berat air bawaan pada batubara tersebut.

Keterangan :

IM : Inherent Moisture (Air Bawaan)

m1 : berat wadah

m2 : berat wadah + sample

m3 : berat wadah + sample (setelah dari oven)

 

Komponen analisis proksimat lainnya adalah menghitung kandungan abu. Secara garis besar sama dengan menghitung kandungan air bawaan, tetapi suhu yang digunakan adalah lebih tinggi. Panggang sample dengan suhu 500°C selama 30 menit, lalu naikkan suhu menjadi 750°C kemudian diamkan hingga 1,5 jam. Setelah selesai, dengan menggunakan rumus di bawah ini akan didapat persentase kandungan abu pada sample batubara tersebut.

Keterangan :

Ash : Ash Content (Kadar Abu)

m1 : berat wadah

m2 : berat wadah + sample

m3 : berat wadah + sample (setelah dari oven)

m4 : berat wadah bersih (setelah dari oven)

 

Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan kandungan zat terbang pada batubara. Pada pengujian ini masih menggunakan 1 gram sample batubara, namun pembakaran dilakukan dengan suhu 900°C selama 7 menit dan tanpa kontak udara (ventilasi oven/furnace ditutup). Setelah selesai, gunakan rumus dibawah ini untuk menghitung persentase zat terbang batubara tersebut.

Keterangan :

VM : Volatile Matters (Zat terbang)

m1 : berat wadah

m2 : berat wadah + sample

m3 : berat wadah + sample (setelah dari oven)

 

Setelah kandungan air bawaan, kandungan abu, dan zat terbang telah berhasil didapat, maka perhitungan terakhir dalam analisis proksimat adalah menghitung karbon tertambat (fixed carbon). Rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan :

FC : Fixed Carbon, %

IM : Inherent Moisture, %

AC : Ash Content, %

VM : Volatile Matters, %

 

Fixed Carbon tidak dapat dihitung dengan pengujian secara langsung di laboratorium, melainkan dengan pengurangan kandungan pengotornya, yaitu kadar air, kadar abu, dan zat terbang.

Berikut beberapa istilah dalam perhitungan energy :

  1. BCURA (British Coal Utilisation Research AssociationYaitu rumus untuk menghitung bahan mineral dalam batubara (MM/Mineral Matter (%) = 1,1A (Ash) + 0,053S (Sulphur) + 0,74 CO2 – 0,36.
  2. BOE (Barrel of Oil Equivalen) Yaitu konversi barrel minyak terhadap batubara. 1 BOE setara dengan 0,2004 Ton Batubara.
  3. BTU (British Thermal UnitYaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 pound air sebanyak 1°F, untuk berat jenis maksimum (=1) pada suhu 39,1°F. 1 BTU ekuivalen dengan 1054,35 Joule atau 0,25199 Kcal.

 

Referensi :

  1. Arif, Irwandy, 2014, Batubara Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
  2. Buku Petunjuk Praktikum Analisis Kualitas Batubara, UPN Veteran Yogyakarta, 2009, Yogyakarta.
  3. Sukandarrumidi, 2004, Batubara dan Gambut, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
  4. Sukandarrumidi, 2006, Batubara dan Pemanfaatannya, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


Komentar


comments_avatar
Yuniarkrisdianti
2021-11-13 13:52:32

sebelumnya terimakasih telah memudahkan saya dalam mempelajari materi. saya ingin bertanya 1. apa yang mempengaruhi volatile matter bisa tinggi ya kak ?


medium_content
aldinardian-blog
2021-11-24 12:03:55

Itu berhubungan dengan proses pembentukan batubara. Volatile matter adalah komposisi gas terbang seperti gas metana dan karbon monoksida. Seperti batubara muda atau adanya bakteri di batubara akan mempengaruhi volatile matternya.


comments_avatar
FLEURI AURORA
2021-03-08 10:17:52

Halo pak aldin. Saya ingin bertanya pak mengapa pada analisa vm menggunkan suhu 900 derajat dengan waktu 7 menit? Apakah bisa dilakukan pada suhu dan waktu yg berbeda? Terima ksih pak


medium_content
aldinardian-blog
2021-11-24 12:00:52

Pertanyaan menarik. Tapi perlu diketahui alasan penggunaan suhu 900ºC adalah untuk membakar zat terbang. Jadi, suhu di bawah itu kecil kemungkinan zat terbangnya terbakar. Seperti memanaskan air menggunakan suhu 80ºC, dengan keadaan normal maka hampir tidak akan tercapai air akan mendidih (100ºC).


comments_avatar
Muhammad alfath
2020-03-29 19:01:09

Maaf pak saya ingin menanyakannya untuk analisis kadar abu atau ash content itu dilakukan pwmbakarang di suhu yang tinggi dari 500°C dan dinaikan lagi sampai suhu 700°C .. yang ingin saya tanyakan pada saat suhu segitu senyawa apa yg terbakar dan senyawa apa yg tetap? Terimakasih


medium_content
aldinardian-blog
2020-09-28 18:36:04

Sebenarnya saya sudah agak lupa, karena sejak 4 tahun terakhir saya fokus di ekonomi mineral. Tapi, seingat saya, ada salah satu uji untuk menghilankan zat terbang batubara (volatile matter). Zat terbang baru terbakar pada suhu di atas 900C, jadi kalau suhu dinaikkan menjadi 700C, volatile matternya masih ada di dalam batubara tersebut. Semoga membantu.


comments_avatar
Indra
2017-11-06 11:51:18

Mohon maaf pak, untuk standar analisis semua baik sulfur, zat volatil dan abu berapa pak, secara SNI dan ASTM


medium_content
aldinardian-blog
2017-12-12 22:01:47

Halo Indra. Sejujurnya saya juga belum pernah cari tahu tentang itu. Yang sering denger, buyer minta standarnya sesuai dengan kebutuhannya, misal untuk tanur kadar sulfur rendah, pembangkit listri dengan kadar abu dan kadar air rendah. Kalau Indra dapet infonya lebih dulu, boleh dishare.


comments_avatar
Miftah
2017-05-31 12:28:08

maaf pak mau nanya, jadi perbedaan kadar abu dan volatile itu sebenarnya apa pak? masih belum mengerti, mohon pencerahannya pak, terimakasih


medium_content
aldinardian-blog
2017-05-31 15:18:46

Kalau saya menggampangkannya, yang mempengaruhi kadar abu adalah zat padat yang bukan batubara (mengurangi panas) seperti silika dan clay. Sedangkan volatile matter mempengaruhi panas batubara yang berupa gas, contohnya (CO2, CO, H2). Dengan adanya komponen itu pada batubara, maka panas batubara dengan jenis yang sama (sama-sama bitouminus misalnya) bisa menghasilkan panas yang berbeda.


comments_avatar
Arief Arrazak
2017-05-22 17:05:17

mas, kalau boleh tau. antara volatile matter sama fixed carbon nilai kalor per satuan beratnya tinggian mana ya? makasih mas


medium_content
aldinardian-blog
2017-05-31 15:10:33

Kandungan volatile matter adalah zat terbang (zat ringan berwujud gas bahasa saya untuk memudahkan) seperti CO, CH4; sedangkan fixed carbon adalah persentase carbon pada batubara setelah inherent moisture, volatile matter, dan ash dikurangkan. Jadi maaf mas saya kurang tahu tentang nilai kalor per satuan berat untuk CO, CH4 dan satuan berat untuk fixed carbon.


comments_avatar
Nadiah yola putri
2017-02-21 17:27:56

apakah terdapat parameter yang digunakan untuk analisa ultimat dan proksimat yang diteliti ? yang menentukan jika hasilnya sekian persen dikatakan komposisinya termasuk tinggi dan tidak baik jika sekian persen dianggap baik ? mohon responnya


medium_content
aldinardian-blog
2017-04-26 19:19:58

Halo mbak Nadiah. Untuk kualifikasi seperti itu sepertinya belum ada yang baku. Tergantung pemanfaatan batubara itu sendiri. Misal, untuk bahan bakar tanur kandungan sulfur < 1% agar tingkat korosivitas tanur terjaga, sedangkan untuk industri peleburan besi baja, kandungan sulfur < 0.6%. Begitu juga untuk abu pada industri semen < 8%, tapi bisa jadi pada pemanfaatan lain masih diperbolehkan.


comments_avatar
Dendi Nurul Fadillah
2016-10-06 08:42:07

Yth Pak Aldin, Mohon maaf mengganggu sebelumnya, apakah Bapak mempunyai buku panduan mengenai analisis proksimat? Jika berkenan, bolehkah saya berdiskusi dengan Bapak melalui email? Terima kasih Dendi


medium_content
aldinardian-blog
2016-11-10 19:49:48

Hai Dendi. Maaf baru balas. Untuk buku yang saya baca untuk referensi batubara yaitu dari Sukandarrumidi penerbit UGM Press. Jika ingin berdiskusi dapat mengirimkan email ke aldinardian(at)upnyk.ac.id.


Tinggalkan Komentar

Pastikan semua kolom sudah terisi dengan benar!.
kirim komentar