Buah salak ciri khas Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya sekarang hampir tinggal masa lalu. Walau sebenarnya di zaman kemasyhurannya, bidang agrobisnis ini jadi penunjang khusus ekonomi warga Kecamatan Cineam.
Rasa buah salak ciri khas Cineam yang manis tetapi sedikit kesat, pernah mendominasi pasar buah salak di Jawa Barat bahkan juga di pasar nasional. Sebelumnya terakhir pada awal tahun 2000-an karisma dan produksi buah salak Cineam terbenam.
"Kalah sama salak pondoh, jadi kurang laris di pasar pada akhirnya banyak kebun yang digasak. Ditukar jadi kebun pisang atau pepaya California," kata Dede (35), salah seorang masyarakat Dusun Ancol, Kecamatan Cineam, Tasikmalaya, Selasa (18/1/2022).
Simak juga: Seorang Anak di Tasik Wafat Selesai 2 Hari Divaksinasi, Dinkes Berikan Keterangan
Jumlah pohon atau kebun salak juga makin sedikit, karena telah dipandang tidak memberikan keuntungan. "Masa keemasan salak Cineam saat ini telah tinggal masa lalu. Tetapi tidak musnah, masih tetap ada. Jika ada yang pesan saya siap sediakan," kata Dede yang sekarang jadi pengepul pisang.
Hal seirama diutarakan Hernawati (57), salah seorang bandar salak Cineam di periode ke-emasannya dahulu. "Dari tahun 2000-an ke belakang, jadi sekitaran 80-an sampai 90-an saya jadi bandar. Dengan almarhum suami saya, usaha salak benar-benar memberikan keuntungan," kata Hernawati.
Ia menjelaskan dahulu tiap hari dianya dapat mengirimi sekurang-kurangnya 2 ton salak ke beragam pasar. "Dahulu tiap hari kirim salak ke Caringin Bandung, Gedebage, Majalengka bahkan juga sempat ke Jakarta," kata Hernawati.
Hernawati jadi salah seorang bandar salak yang bisa disebutkan sukses. "Ya Alhamdulillah apa yang saya punyai saat ini dan dapat menyekolahkan anak-anak itu dari hasil usaha salak," kata Hernawati.
Ia benarkan pada periode itu, salak jadi penunjang ekonomi warga. "Dahulu itu harga 5 kg salak sama dengan 2 kg beras . Maka beberapa petani dari kampung-kampung tiba ke saya membawa 5 kg salak, lalu diganti dengan 2 kg beras. Warga di perdesaan jadi tidak pernah kesusahan bahan pangan," kata Hernawati.
Pohon salak ciri khas Cineam di tepi jalan sudah tidak kembali berbuah (Photo: Faizal Amiruddin/detikcom).
Jadi meskipun punyai pohon salak beberapa tegakan, tetapi berguna untuk warga karena harga jualnya yang cukup tinggi. Tetapi, semuanya sekarang sudah berbeda, nilai jual salah Cineam jatuh.
"Jika saat ini mereka membawa 10 kg salak paling sama dengan 1 kg beras. Itu juga saya tidak dapat terima tiap hari, jika stock kembali kosong baru saya terima," kata Hernawati.
Walau dipandang sudah tidak janjikan kembali dari segi usaha, tetapi Hernawati masih usaha menjaga keberadaan salak Cineam. Diakuinya tidak ingin bila salak Cineam musnah.
"Menyusut iya, tetapi tidak musnah. Mari ingin pesan seberapa banyak juga saya siap sediakan," kata Hernawati.
Di warungnya yang berada di Daerah Maribaya, Dusun Ancol, Kecamatan Cineam ia sediakan salak Cineam dan beberapa buah lokal yang lain seperti bengkoang, pisang, labu dan yang lain.
"Tetapi kurang laris, 1 minggu paling habis 30 kg. Asal ada-ada saja, janganlah sampai musnah," kata Hernawati.
Simak juga: Nabungdibank.id
Ia menjelaskan sebagian besar konsumen salakCineam ialah masyarakat atau pengendara yang teringat dengan rasa uniknya. Disamping itu kelompok konsumen yang lain ialah masyarakat di tempat yang memerlukan oleh-olehan bila bertandang ke luar wilayah.
Seterusnya Halaman 1 2 biji salak salak cineam salak tasikmalaya tasikmalaya birojabar